Psikoanalisis
Menurut Freud, psikoanalisis mempunyai tiga arti Bertens,
1979: x – xi).Pertama, istilah psikoanalisis dipakai untuk menunjukkan suatu
metoda penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak
terjangkau oleh penelitian ilmiah.kedua, istilah ini menunjukan juga suatu
teknik untuk menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa yang dialami pasien neurosis.
Ketiga, istilah yang sama juga dalam arti lebih luas lagi untuk menunjukkan
seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metoda dan teknik
tersebut.
A. Psikoanalisis sebagai Aliran
Psikologi
Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara
mengenai kepribadian. Di samping itu aliran psikologi ini juga membahas
ketidak sadaran, mimpi, neurosis, dan lain-lain.
1.
Alam sadar dan Alam tak sadar
Freud
menjadi sangat terkenal berkat gagasannya tentang alam sadar (conscious mind)
dan alam tak sadar (unconscious mind) meskipun dia bukan orang pertama yang
menemukan ide itu.Dia menjadi terkenal karena mampu membuat ide tersebut
menjadi terkenal (Boeree, 2005: 346).
Alam
sadar merupakan apa yang disadari individu pada saat-saat tertentu, misalnya
penginderaan, ingatan, pemikiran, fantasi, perasaan, dst. Disamping alam
sadar dan alam tak sadar, Freud juga menyatakan adanya alam pra-sadar
(preconscious mind), yaitu apa yang sekarang lebih populer dengan sebutan
kenangan yang tersedia (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan
mudah dipanggil ke dalam alam sadar (Boeree, 2005 : 346). Isi alam
pra-sadar berasal dari alam sadar dan alam tak sadar. Pengalaman yang ditinggal
oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan
ditekan untuk pindah ke daerah pra-sadar dan di sisi lain isi materi daerah tak
sadar dapat muncul ke daerah pra-sadar (Alwisol, 2005: 18).
Alam
tak sadar, menurut Freud, merupakan bagian yang paling dalam dari struktur
kesadaran dan bagian terpenting dari jiwa manusia.Freud menegaskan bahwa
ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi kenyataan empirik (Alwisol,
2005: 18). Isi dari daerah tak sadar adalah instink-instink, impuls dan
dorongan-dorongan yang dibawa sejak lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatis
tertentu, yang menurut Freud biasanya terjadi pada masa kanak-kanak, yang
ditekan oleh kesadaran untuk pindah ke daerah tak sadar. (Boeree, 2005 : 346).
2.
Kepribadian
Menurut
Freud tujuan pokok dilakukannya analisis terhadap aspek-aspek kejiwaan manusia
bukan untuk mendapatkan teknik penyembuhan gangguan jiwa tetapi untuk
memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai kehidupan kejiwaan pada umumnya
(Masrun, 1977 : 5). Itulah sebabnya pembahasan tentang kepribadian menjadi
dominan dalam Psikoanalisis. Secara garis besar Psikoanalisis membahas
kepribadian dari tiga aspek, yaitu struktur, dinamika, dan perkembangan.
a.
Struktur kepribadian
Menurut
Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki itga tingkat kesadaran,
yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan
ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model
struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur
baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental
terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17).
Freud
berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur,
yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa
Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing
memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.
1)
Das Es
Das
Es (the Id) adalah aspek biologis kepribadian yang paling dasar, sistem yang
didalamnya terdapat naluri-naluri, yang merupakan factor bawaan.Das Es
merupakan aspek biologis dari kepribadian, yang fungsinya adalah mempertahankan
konstansi, maksudnya membawa organisme dari keadaan tidak menye-nangkan, karena
munculnya kebutuhan-kebutuhan, ke keadaan seperti semula, yaitu menyengkan.Oleh
karena itu dinayatkan oleh Freud bahwa prinsip bekerjanya das Es
adalah pleasure principle. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, das
Es memiliki perlengkapan dua macam proses. Proses yang pertama yaitu
tindakan-tindakan refleks dan proses primer, adalah suatu bentuk tingkah laku
atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera. Proses yang kedua
adalah proses primer, yaitu dengan membentuk bayangan dari objek tertentu yang
bisa mengurangi ketegangan.
2) Das
Ich
Das
Ich atau the Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian
yang terbentuk melalui hasil interaksi individu dengan realitas.Dengan das
Es, individu diarahkan pada kenyataan. Adapun proses yang ada
pada das Ich adalah proses sekunder (secondary process). Dengan
proses sekundernya tersebut das Ich memformulasikan rencana bagi bagi pemuasan
kebutuhan dan menguji apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak. Dengan
demikian, das Ich bagi individu bukan hanya bertindak sebagai
penunjuk kepada kenyataan, tetapi juga berperan sebagai penguji kenyataan atau
reality tester dan dalam memainkan peranannya, das Ich melibatkan
fungsi psikologis yang tinggi yaitu fungsi intelektual (Koeswara, 1991 : 34).
3) Das
Ueber Ich
Das
Ueber Ich atau the Super Ego adalah aspek sosiologis dari
kepribadian, yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya
normative.Menurut Freud das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi
nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi
individu. Aspek kkepribadian ini memiliki fungsi :
a) sebagai
pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan
dalam bentuk aktivitas yang dapoat diterima masyarakat;.
b) mengarahkan das
Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral;
c) mendorong
individu kepada kesempurnaan.
Dalam
menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi de-ngan conscientia atau
nurani dan ego ideal.Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang
melalui internalisasi dari peri-ngatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal
dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
b.
Dinamika Kepribadian
1)
Distribusi enerji
Dinamika
kepribadian, menurut Freud bagaimana energi psikis di-distri-busikan dan
dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa
enerji yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang
dikonsumsi. Bahwa enerji manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, enerji
untuk aktivitas fisik disebut enerji fisik, dan enerji yang dunakan untuk
aktivitas psikis disebut enerji psikis.
Freud
menyatkan bahwa pada mulanya yang memiliki enerji hanyalah das
Es saja.Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi
tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das
Ueber Ich.
Menurut
Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mecha-nism) sebagai strategi
yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari
dorongan-dorongan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das
Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat
dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991 : 46).
Freud
menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan
banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut
Freud umum dijumpai (Koeswara, 1991 : 46-48).
1)
Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk mere-dakan kecemasan dengan
cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke
dalam ketidak sadaran.
2)
Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau
meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das
Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa
diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
3)
Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan
kecemasan kepada orang lain.
4)
Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menim-bulkan kecemasan kepada
objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
5)
Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutar-balikkan kenyataan, dalam
hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan
masuk akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua : sour grape
technique dan sweet orange technique.
6)
Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena individu
memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat
sebaliknya.
7)
Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
B. Perkembangan Kepribadian
1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
Perkembangan
kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara
individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli
dari dalam diri manusia.
Ketegangan
dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi
ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan
mekanisme pertahanan ego.
2)
Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Menurut
Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan
perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur
dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian
berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah
erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam
fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 1982 :
172-173).
1) Fase
oral (oral stage ): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif
terhadap rangsangan adalah mulut.
2) Fase
anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini
bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3) Fase
falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.
Bagian
tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4) Fase
laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini
dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5) Fase
genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas
dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ
reproduksi
3. Instink
atau Naluri
Freud
menyatakan bahwa manusia merupakan kompleks sistem energi, yang yang
diperolehnya dari makanan dan dipergunakan untuk bermacam-macam hal. Bagi
Freud, energi yang ada dalam diri manusia dapat berupa energi psikis maupun
energi fisik. Kedua energi tersebut dapat saling dipindahkan, dari energi
psikis ke energi fisik dan sebailknya (Sumadi Suryabrata, 2000 : 149). Faktor
yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah das es dengan naluri-nalurinya.Konsep-konsep
Freud tentang naluri atau instink adalah sebagai berikut.
Freud
sangat tertarik dengan mimpi dan berusaha menjelaskannya dalam kerangka teori
psikoanalisis.Bahkan analisis mimpi dijadikan metoda penelitian dalam
psikoanalisis. Freud tertarik dengan mimpi karena sejumlah alasan berikut
ini (Berry, 2001 : 33).
1) Mimpi
terjadi di tengah tidur, ketika pikiran sadar melepaskan cengkeramannya dan
membuatnya tanpa kekangan. Freud meman-dang mimpi sebagai manisfestasi alam tak
sadar. Oleh karena itu ia menyebut mimpi sebagai via regia (jalan besar) untuk
menuju alam bawah sadar.
2) Bahwa
orang tak dapat dipaksa untuk mengerti tentang apa yang sedang berlangsung
dalam alam ketidaksadarannya dan hanya dengan analisis mimpi dan asosiasi bebas
alam tak sadar yang berhubungan dengan neurotil benar-benar dapat dimengerti.
3) Menurut
Freud, mimpi seringkali berhubungan dengan masalah-masalah seksual yang berasal
dari masa kanak-kanak. Masalah tersebut menurut Freud hanya bisa
diselesaikan analisis mimpi dan asosiasi bebas.
4) Freud
memandang semua mimpi sebagai ekspresi dari pemenuhan harapan.
a.
Mekanisme mimpi
Freud
menyatakan bahwa setiap mimpi memiliki isi manifest dab laten. Manifes
merupakan aspek dari suatu mimpi yang secara sadar teringat, sedangkan laten
adalah aspek dari mimpi yang tidak dimengerti secara sadar sebelum dilakukan
analisis. Mekanisme munculnya mimpi dengan dua aspek tersebut
mekanismenya menurut Freud sebagai berikut (Berry, 2001 : 36).
b.
Metoda penafsiran mimpi
Freud
menolak pandangan yang menyatakan bahwa mimpi sebagai hasil yang tidak bermakna
dari proses yang dialami tubuh pada saat tidur. Ia beranggapan bahwa setiap
mimpi memiliki arti. Untuk menyingkap arti mimpi, Freud menggunakan dua
metoda, yaitu metoda simbolik dan metoda sandi (Berry, 2001: 39).
1)
Metoda simbolik
Metoda
simbolik adalah metoda penafsiran mimpi melalui pen-carian makna dari
symbol-simbol yang muncul dalam mimpi (manifestasi impian).
2)
Metoda sandi (decoding)
Dalam
metoda sandi Freud berusaha menggunakan “kunci” yang tepat.Freud memberi
catatan bahwa metoda sandi bukan metoda ilmiah karena “kunci” aslinya bisa saja
salah.
Dalam
bukunya yang diberi judul The Interpretation of Dream, Freud menganalisis
mimpinya sendiri, karena ia merasa bahwa kliannya yang menderita neurosis
mungkin saja mempunyai mimpi yang tidak mewakili “normanya” selain itu,
untuk menganalisis mimpi klien berarti meng-ekspos hal-hal yang bersifat
rahasia dari pasien. Berkenaan dengan penafsiran mimpi, Freud telah memberikan
saran-saran yang bermanfaat sebagai berikut (Berry, 2001: 40).
1) Menafsirkan
mimpi merupakan suatu kerja keras yang membu-tuhkan ketekunan.
2) Setelah
analisis terhadap suatu mimpi selesai dilakukan hendaknya hasilnya diendapkan
terlebih dahulu. Wawasan yang segar bisa saja muncul belakangan.
3) Mimpi
seringkali terjadi dalam kelompok-kelompok yang memiliki tema yang serupa.
Suatu wawasan yang muncul dalam sebuah mimpi mungkin dapat mengungkap
keseluruhan rangkaian mimpinya.
4) Sesuatu
yang tampaknya dangkal atau remeh di dalam suatu mimpi mungkin sebenarnya
merupakan suatu wawasan mendalam yang tersembunyi.
5) Penting
bagi analis untuk memberikan perhatian terhadap semua komentar klien betapapun
kelihatannya remeh.
5.
Kecemasan
Manusia
merupakan organisme yang tentu saja tidak bisa lepas dari lingkungan.Dari
lingkungan, individu dapat memenuhi berbagai kebu-tuhannya.Dan dari lingkungan
pula individu dapat mengalami kecemasan (anxiety).
a.
Macam-macam kecemasan
Freud
membedakan kecemacam menjadi tiga macam, yaitu kece-masan realistis, kecemasan
neurotis, dan kecemasan moral (Surya-brata, Koeswara, 1991 : 45).
1)
Kecemasan realistis
Kecemasan
realistis adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata
yang ada di lingkungannya, misalnya binatang buas, orang jahat, dst.
2)
Kecemasan neurotis
Kecemasan
neurotis adalah kecemasan yang timbul karena tidak terkendalinya
dorongan-dorongan primitive (das Es) oleh das Ich yang nantinya bisa
mendatangkan hukuman.
3)
Kecemasan moral
Kecemasan
moral merupakan kecemasan yang terjadi akibat tekanan das Ueber Ich pada das
Ich. Tekanan terbut muncul karena individu telah melakukan tindakan yang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip moral.
b.
Fungsi kecemasan
Freud
menyatakan bahwa kecemasan tidak selalu berarti negatif tetapi dapat berfungsi
positif, yaitu sebagai peringatan akan dating-nya bahaya atau sesuatu
yang tak diharapkan. Dengan adanya peringatan tersebut maka akan muncul
tindakan-tindakan tertentu untuk mengatasinya.
c.
Dampak negatif kecemasan
Kecemasan
atau ketakutan yang tidak dapat dikuasai dengan tindakan-tindakan yang efektif
disebut ketakutan traumatis (Suryabrata, 2000 : 162). Ketakutan yang demikian
itu, menurut Freud, akan membawa individu yang bersangkutan kepada ketidak
berdayaan yang infantile. Sebenarnya, demikian menurut Freud (Suryabrata, 2000:
162), prototipe dari semua ketakutan manusia adalah trauma kelahiran.Bayi yang
baru lahir, kata Freud, sudah dihadapkan dengan berbagai stimuli-stimuli yang
yang sangat berat bagi dirinya.
6. Mourning dan Melancholia
Konsepsi
Freud tentang mourning (keberkabungan) dan melancholia (depresi berat)
dikemukakan dalam tulisan yang berjudul Mourning and Melancholia
(1915). Freud menyatakan bahwa mourning dan melancholia sering dialami
oleh orang yang bercerai atau pasangannya meninggal dunia.Adapun manisfestasi
dari kedua gejala tersebut adalah sebagai berikut (Berry, 2001: 84-85).
a.
Individu yang bersangkutan mengutuk diri sendiri untuk apa yang telah terjadi,
dan iapun berusaha menghancurkan diri sendiri, atau bahkan bunuh diri.
b.
Individu yang bersangkutan menarik diri dari dunia luar, seperti halnya
dalam nacissisme, tetapi kali ini dirinya dilihatnya begitru buruk, tak
berharga, kotor, dan sebagainya.
c.
Keberkabungan (mourning) yang parah dapat menyembunyikan rasa benci yang
direpresi terhadap pasangannya yang “hilang” tersebut. Orang yang telah tidak
ada tersebut diidentifikasikan dengan ego penderita, sehingga kebencian berubah
menjadi kebencian terhadap diri sendiri.Freud menyebut gejala ini
sebagai introyeksi.
d.
Penderita mungkin kembali ke dalam keadaan kanak-kanak, dengan ditandai oleh
dominannya gigitan, buang air, dst.
7.
Psikopatologi
Freud
memandang psikopatologi sebagai masalah dalam perkembangan, yaitu terganggunya
kepribadian individu pada saat melewati tahap-tahap psikoseksual. Bagi Freud,
perkembangan kepribadian sebagai sesuatu yang komulatif, sehingga gangguan pada
masa awal perkembangan akan menjadi peristiwa traumatik yang berpengaruh sampai
individu dewasa. Psikopatologi menurut psikoanalisis ada beberapa jenis yaitu :
histeria, fobia, obsesi- kompulsi, depresi, dan ketagihan obat (Alwisol, 2005 :
45).
a.
Histeria
Histeria
merupakan gangguan fisik, misalnya lumpuh, tuli, buta, dst. Yang penyebabnya
bukan factor jasmaniah tetapi factor kejiwaan. Menurut Freud hysteria
merupakan transformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik.
b.
Fobia
Fobia
adalah ketakutan yang tidak realistis.Freud memandang gangguan ini sebagai dampak
dari kecemasan yang dialihkan, bisa berupa kecemasan yang berkaitan dengan
impuls seksual maupun kecemasan akibat peristiwa traumatis.
c.
Obsesi-kompulsi
Obsesi
adalah ide tertentu yang selalu melekast pada diri seseorang sedangkan
kompulasi adalah dorongan (bersifat paksaan dari dalam) untuk melakukan
tindakan tertentu, yang sebenarnya tidak perlu, secara berulang-ulang .
d.
Depresi
Depresi
merupakan gangguan jiwa dengan gejala-gejala perasaan tidak mampu, tidak
berguna dan berharga. Menurut Freud, depresi berakar pada kehilangan cinta
berkenaan dengan oedipus complex, sehingga dia marah pada diri sendiri
e.
Ketergantungan pada alcohol dan obat-obatan
Menurut
Freud ketergantungan seseorang pada alkohol maupun obat-obatan dilator
belakangi oleh instink kematian (thanatos) yang ada pada orang yang
bersangkutan.
C. Psikoanalisis sebagai Teknik Terapi
Telah dikekemukakan di bagian depan bahwa teori
psikoanalisis (psikoanalisis sebagai aliran) psikologi dibangun berdasarkan
data-data yang diperoleh Freud dari praktik kedokteran, khususnya dalam
penanganan histeria. Meskipun Freud menyatakan bahwa apa yang ia lakukan tujuan
utamanya untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang perilaku manusia, dan
bukan untuk mendapatkan cara yang paling tepat dalam penanganan gangguan jiwa,
tetapi tetapi diakui bahwa psikoanalisis juga merupakan teknik terapi. Teknik
terapi yang dikembangkan Freud berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para
pendahulunya. Dan ternyata apa yang ia lakukan mendapatkan pengakuan dari
kalangan yang terkait bahkan menjadi dasar dalam psikoterapi modern.
1.
Tujuan psikoterapi
Psikoterapi dilakukan Freud bukan semata-mata untuk
menghilangkan sindrom yang tidak dikehendaki, tetapi yang terutama ditujukan
untuk memperkuat ego (das Ich) sehingga mampu mengendalikan dorongan-dorongan
dari das Es dan memperbesar kemampuan individu untuk berkarya.Dalam
psikoterapi klien dilatih bagaimana dorongan-dorongan agresif dan seksual,
bagaimana mengarahkan keinginan dan bukan diarahkan oleh keinginan.
2.
Ciri-ciri Teknik Terapi Freud
Terapi
Freud lebih berpengaruh bila dibandingkan teknik terapi yang dikembangkan oleh
ahli lainnya. Teknik terapi Freud memiliki karakteristik tertentu yaitu
(Boeree, 2005 : 354-355, Alwisol, 2005: 46).
a.
Dilaksanakan dalam suasana santai
Terapi
dilakukan Freud dalam suasana santai. Suasana seperti itu diciptakan Freud
melalui penataan ruang, warna dinding, penca-hayaan, dst yang dibuat
sedemikian rupa sehingga pasien betul-betul merasa nyaman dan betah berada di
ruang tersebut. Dengan suasana santai Freud berharap konflik-konflik yang
telah ada di alam tidak sadar akan mudah muncul kea lam sadar.
b.
Klien diberi kebebasan
Dalam
terapi Freud, klien dibebaskan untuk bicara apa saja, termasuk menangis,
menjerit, mengumpat, dst Jika klien mengalami bloking atau
kebuntuan Freud berusaha membantu sehingga terjadilah asosiasi antara apa yang
ada dalam alam tak sadar dengan apa yang berikan oleh terapis.
c.
Waktu pelaksanaan
Pertemuan
terapeutik, pertemuan antara klien dan terapis dalam psikoterapi, biasanya
dilakukan 4 atau 5 kali seminggu(1 sampai 2 jam pertemuan), selama 2 sampai 3
tahun.
3. Teknik-teknik
yang Dipakai Freud dalam Terapi
Ada
beberapa teknik yang dipakai Fredu dalam psikoterapinya, yaitu asosiasi bebas,
analisis mimpi, parapraxies atau Freudian slips, interpretasi, alasisis
tesisten, tranferensi dan pengulangan (Alwisol, 2005:46).Berikut penjelasan
singkat untuk teknik-teknik tersebut.
a. Asosiasi
bebas
Dalam
asosiasi bebas klien dipersilakan mewngemukakan apa saja yang terlintas dalam
isi jiwanya, tidak peduli apakah hal itu remeh, memalukan, tidak logis, ataupun
kabur. Dari ungkapan kesadaran tanpa sensor ini terapis memahami masalah
kliennya. Asosiasi bebas dikembangkan Freud dan diterapkan dalam psikoterapi
berdasarkan tiga asumsi (Alwisol, 2005 : 46 – 47), yaitu :
1) apa
saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang sekarang, mempunyai makna dan
berhubungan dengan perkataan dan perbuatannya dimasa lalu;
2) materi
yang ada dalam ketidak sadaran berpengaruh penting terhadap tingkah laku;
3) materi
yang ada dalam ketidak sadaran dapat dibawa ke kesadaran dengan mendorong
ekspresi bebas setiap kali hal itu muncul ke dalam pikiran.
Menurut
Freud, meskipun klien menghalangi topic tertentu dan berusaha
menyembunyikannya, suatu saat terbentuk rantai aso-siasi yang membuat terapis
dapat memahami konflik yang telah terjadi pada klien.
b. Analisis
mimpi
Ketika
seseorang tidur control kesadaran terhadap ketidak sadaran menjadi lemah
sehingga ketidak sadaran berusaha muncul keeper-mukaan dalam bentuk mimpi.
Dengan memahami makna mimpi berarti dapat dipahami pula aspek-aspek ketidak
sadaran yang berhu-bungan dengan konflik yang terjadi.
c. Freudian
slips
Freudian
slips atau parapraxes adalah gejala salah ucap, salah membaca,
salah dengar, salah meletakkan objek, dan tiba-tiba lupa. Bagi Freud
gejala-gejala tersebut bukan bersifat kebetulan, tetapi berhubungan erat dengan
ketidak sadaran. Dengan menganalisis ge-jala-gejala tersebut akan
terungkap gambaran mental yang ada diba-liknya.
d. Interpretasi
Dalam
interpretasi terapis mengenalkan kepada klien makna yang tidak disadari dari
pikiran perasaan, dan keingingannya.
e. Analisis
resistensi
Resistensi
adalah mekanisme pertahanan dari klein untuk tidak mengungkapkan topik tertentu
kerana alasan tertentu pula. Oleh karena itu dengan menganalisis apa yang ingin
disembunyikan klien akan dapat diperoleh informasi yang sangat penting
berkenaan dengan masalah yang pernah dialami klien.
f. Tranferensi
Transferensi
adalah pengungkapan isi ketidak sadaran yang ter-simpan sejak masa kanak-kanak
dengan memakai terapis senagai medianya.
g. Pengulangan
Pengulangan
atau working through berupa tindakan menginter-pretasi dan
mengidentifikasi masalah klien, mengulang resistensi dan transferensi, pada
seluruh aspek pengalaman kejiwaan.Tindakan ini dilakukan secara berulang-ulang
sampai terapis menemukan akar permasalah yang menyebabkan klien mengalami
gangguan.
Berry,
Ruth. (2001) Freud : Seri Siapa Dia. (Alih Bahasa : Frans Kowa).
Jakarta: Erlangga.
Boeree,
C.G. (2005) Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa
Modern (Alih Koeswara, E. (1991) Teori-teori Kepribadian.
Bandung : PT Eresco.
Masrun.
(1977) Aliran-aliran Psikologi.Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada.