Feeds RSS

Rabu, 05 Juli 2017

Review film "identity (2003)"



Nama Kelompok : - Desi Amalina        (11512884)
                              - Mislia Ainun Nisa  (16514674)

SINOPSIS FILM IDENTITY (2003)

Ceritanya dimulai dari suatu rumah sakit jiwa yang mengadakan pengadilan dalam kondisi khusus buat pembunuh psycho yang mengidap multiple personality atau kepribadian ganda bernama Malcolm Rivers (Pruitt Taylor Vince). Setelah itu, cerita beralih ke sebuah motel di deket Las Vegas dimana satu keluarga terjebak dalam badai dan harus stay di motel itu. Keluarga yang terdiri dari ayah bernama George York, ibu yang bernama Alice York dan anak laki – laki bernama Timmy itu mengalami kecelakaan kecil yang menyebabkan Alice terluka parah. Di karenakan ditabrak oleh sopir limusin.
Kemudian mereka ditolong dan di bawa oleh seorang sopir limusin, Edward (John Cusack) yang sedang mengantar seorang aktris, Caroline.  Dan mereka sampai di sebuah motel yang tidak jauh dari tempat kejadian tersebut. Larry, si pemilik hotel kemudian menyarankan agar Alice dibawa ke rumah sakit terdekat yang jaraknya sekitar 30 mil dari motel. Akhirnya si sopir limusin yang bernama Edward, pergi ke RS tersebut. Sayangnya di tengah jalan ia terjebak banjir lalu kemudian bertemu  dengan seorang PSK bernama Paris (Amanda Peet) yang ingin berhenti dari pekerjaannya dan ia berniat untuk membuka perkebunan jeruk dan di tengah perjalanan edward dan paris bertemu pasangan bernama Ginny Isiana (Clea DuVall) dan Lou Isiana (William Lee Scott) di dalam mobil yang juga terjebak banjir. Edward dan paris kemudian menumpang bersama mereka untuk kembali ke motel.
Kemudian disusul seorang polisi bernama Rhodes (Ray Liotta) bersama napi pindahan yang kehabisan bensin. Mereka semua pun kemudian menginap di hotel tersebut. Tak lama kemudian, terjadi pembunuhan di hotel tersebut. Pertama si aktris yang kepalanya ditemukan di mesin cuci motel, disusul Lou, suami Ginny. Awalnya dicurigai si pembunuh adalah napi yang dibawa oleh Rhodes. Tapi kemudian ternyata si napi juga dibunuh dengan tongkat bisbol.
Anehnya di setiap penemuan mayat ditemukan kunci kamar motel dengan urutan nomor 10 untuk si aktris, 9 untuk Lou dan 8 untuk si napi. Tak disangka, ditemukan mayat dalam lemari pendingin yang ternyata pemilik motel sebelumnya. Beberapa waktu yang lalu, Larry menemukan si pria sudah mati ketika datang ke motel, namun ia bingung harus melakukan apa sehingga mayatnya disimpan dalam lemari pendingin agar menunggu keluarganya datang tetapi tak pernah ada yang datang melainkan tamu – tamu yang bermaksud menyewa kamar. Jadilah Larry mengambil alih motel tersebut.
Sayangnya tak ada yang percaya dengan cerita Larry sehingga ia dituduh sebagai pembunuh orang – orang tersebut. Larry yang panik kemudian kabur dengan mobil, namun tidak sampai ia keluar dari motel, ia menabrak George dan di dalam kantong George di temukan kunci bernomor 7.  Larry akhirnya diamankan dan kemudian Alice yang terluka parah meninggal dan di temukan nomor 6. Ginny yang kemudian mengambil peran sebagai pelindung bagi Timmy kemudian kabur membawa Timmy. Namun mobil yang mereka tumpangi meledak sebelum keluar dari motel. Setelah api di padamkan di temukan nomor 5.
Akhirnya orang – orang yang tersisa hanya tinggal Edward, Rhodes, Paris, dan Larry. Mereka menerka – nerka latar belakang dari pembunuhan ini. Ternyata ulang tahun mereka dan orang – orang yang dibunuh bertanggal sama, yaitu 10 Mei dan mereka memiliki nama depan atau nama belakang yang mirip nama Negara bagian seperti Edward 'Ed' Dakota - Samuel Rhodes - Paris Nevada - George York - Alice York - Timmy York - Larry Washington - Caroline Suzanne - Virginia "Ginny" Isiana - Lou Isiana - Robert Maine. Kecurigaan mulai timbul satu sama lain yang menyebabkan Larry terbunuh.
Tiba tiba scene berganti kembali ke pengadilan Malcolm Rivers, ternyata dalam diri Malcolm terdapat lebih dari 10 karakter berbeda yang ia karang sendiri dan saling membunuh dalam cerita di motel tersebut. Dokter yang menanganinya percaya bahwa tokoh Rhodes lah yang merupakan karakter pembunuh. Dengan kata lain, seluruh kejadian di motel merupakan rekayasa pikiran Malcolm Rivers yang diperintahkan untuk menghilangkan kepribadian pembunuh dalam dirinya. Dalam jalannya sidang seperti melihat seluruh kepribadian Malcolm yang saling membunuh, hal ini untuk membuktikan bahwa sebenarnya raga Malcolm tidak bersalah, tetapi pikiran – pikirannyalah yang berbahaya.
Cerita lalu kembali pada kejadian di motel, Larry dibunuh oleh Rhodes. Kemudian Edward dan Rhodes saling menembak hingga keduanya tewas. Hingga tersisa Paris yang akhirnya melanjutkan hidup membuka kebun jeruk atau sama saja seperti karakter Paris lah yang akhirnya dipertahankan Malcolm. Ternyata karakter pembunuh sebenarnya adalah Timothy atau Timmy anak dari George dan Caroline. Dialah yang membunuh orang – orang atau kepribadian – kepribadian Malcolm. Di akhir cerita, Paris yang sedang menggali tanah tiba – tiba menemukan kunci motel bernomor 1, kemudian tiba – tiba datang Timmy lalu membunuhnya sebagai wujud dari Malcolm yang mempertahankan karakter Timmy dalam dirinya.

ANALISIS MENURUT PSIKOLOGI : TEORI DISOSIATIF GANGGUAN IDENTITAS - DSM IV

Disosiatif Gangguan Identitas dikodifikasikan di DSM IV . Gangguan ini sebelumnya dikenal sebagai Multiple Personality Disorder .
Menurut DSM IV , kriteria berikut ini harus dipenuhi agar individu untuk dapat didiagnosis untuk gangguan identitas disosiatif :
Kriteria A : Dua atau lebih identitas yang berbeda atau negara kepribadian yang hadir dalam individu.
Kriteria B  : Identitas yang berbeda mengambil kendali atas perilaku secara berulang .
Kriteria C : Individu tidak dapat mengingat informasi pribadi yang penting , dan ketidakmampuan ini terlalu berat untuk dihubungkan dengan hanya kelupaan biasa .
Kriteria D  : Gangguan bukan merupakan hasil dari penyalahgunaan zat atau kondisi medis umum .
Individu terpengaruh dengan Dissociative Identity Disorder menemukan menantang untuk mengintegrasikan aspek yang berbeda dari identitas mereka , memori dan kesadaran . Kelainan ini didiagnosis 3-9 kali lebih sering pada wanita dewasa dibandingkan pada laki-laki dewasa.
Dalam hal daya ingat , identitas utama individu tampaknya mengalami kesenjangan dalam memori, termasuk kerugian keseluruhan memori biografis untuk jangka masa kanak-kanak , remaja atau bahkan dewasa. Sebuah identitas dengan lebih sedikit daya pengendali dapat mendapatkan akses ke kesadaran dengan memproduksi pendengaran atau penglihatan halusinasi - seperti dalam bentuk suara yang memberikan petunjuk .

TEKNIK YANG DIGUNAKAN DALAM ANALISIS: DIAGNOSTIC INTERVIEW (teknik wawancara)

DIAGNOSTIC INTERVIEW
- Lebih relevan di dunia medis.
- Biasanya digunakan pada pasien atau klien psikiatri.
- Menggunakan Mental-Status Examination, yang meliputi:
• Proses pikir dan intelektual: Kapasitas penguasaan informasi, STM (Short Term Memo
ry), LTM (Long Term Memory), kemampuan problem solving, dsb.
• Gangguan persepsi: Halusinasi, ilusi, dsb
• Atensi dan orientasi: Konsentrasi, waktu, dsb.
• Ekspresi emosi: Afeknya, ketepatan emosi, kemampuan kontrol diri, dsb.
• Perilaku dan penampilan: Ekspresi wajah, gerakan, cara berbicara, cara berpakaian, dsb.


Sabtu, 13 Mei 2017

psikoanalisis



Psikoanalisis
Menurut Freud, psikoanalisis mempunyai tiga arti Bertens, 1979: x – xi).Pertama, istilah psikoanalisis dipakai untuk menunjukkan suatu metoda penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah.kedua, istilah ini menunjukan juga suatu teknik untuk menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa yang dialami pasien neurosis. Ketiga, istilah yang sama juga dalam arti lebih luas lagi untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metoda dan teknik tersebut.
A.    Psikoanalisis sebagai Aliran Psikologi
Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian. Di samping itu aliran psikologi ini juga membahas ketidak sadaran, mimpi,   neurosis, dan lain-lain.
1.   Alam sadar dan Alam tak sadar
Freud menjadi sangat terkenal berkat gagasannya tentang alam sadar (conscious mind) dan alam tak sadar (unconscious mind) meskipun dia bukan orang pertama yang menemukan ide itu.Dia menjadi terkenal karena mampu membuat ide tersebut menjadi terkenal (Boeree, 2005: 346).
Alam sadar merupakan apa yang disadari individu pada saat-saat tertentu, misalnya penginderaan, ingatan, pemikiran, fantasi, perasaan, dst.  Disamping alam sadar dan alam tak sadar, Freud juga menyatakan adanya alam pra-sadar (preconscious mind), yaitu apa yang sekarang lebih populer dengan sebutan kenangan yang tersedia (available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dipanggil ke dalam alam sadar (Boeree, 2005 : 346).  Isi alam pra-sadar berasal dari alam sadar dan alam tak sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan untuk pindah ke daerah pra-sadar dan di sisi lain isi materi daerah tak sadar dapat muncul ke daerah pra-sadar (Alwisol, 2005: 18).
Alam tak sadar, menurut Freud, merupakan bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan bagian terpenting dari jiwa manusia.Freud menegaskan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi kenyataan empirik (Alwisol, 2005: 18). Isi dari daerah tak sadar adalah instink-instink, impuls dan dorongan-dorongan yang dibawa sejak lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatis tertentu, yang menurut Freud biasanya terjadi pada masa kanak-kanak,  yang ditekan oleh kesadaran untuk pindah ke daerah tak sadar. (Boeree, 2005 : 346).
2. Kepribadian
Menurut Freud tujuan pokok dilakukannya analisis terhadap aspek-aspek kejiwaan manusia bukan untuk mendapatkan teknik penyembuhan gangguan jiwa tetapi untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai kehidupan kejiwaan pada umumnya (Masrun, 1977 : 5). Itulah sebabnya pembahasan tentang kepribadian menjadi dominan dalam Psikoanalisis. Secara garis besar Psikoanalisis  membahas kepribadian dari tiga aspek, yaitu struktur, dinamika, dan perkembangan.
a.   Struktur kepribadian
Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki itga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17).
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.
1)   Das Es
Das Es (the Id) adalah aspek biologis kepribadian yang paling dasar, sistem yang didalamnya terdapat naluri-naluri, yang merupakan factor bawaan.Das Es merupakan aspek biologis dari kepribadian, yang fungsinya adalah mempertahankan konstansi, maksudnya membawa organisme dari keadaan tidak menye-nangkan, karena munculnya kebutuhan-kebutuhan, ke keadaan seperti semula, yaitu menyengkan.Oleh karena itu dinayatkan oleh Freud bahwa prinsip bekerjanya das Es adalah pleasure principle. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, das Es memiliki perlengkapan dua macam proses. Proses yang pertama yaitu tindakan-tindakan refleks dan proses primer, adalah suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera. Proses yang kedua adalah proses primer, yaitu dengan membentuk bayangan dari objek tertentu yang bisa mengurangi ketegangan.
2) Das Ich
Das Ich atau the Ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang terbentuk melalui hasil interaksi individu dengan realitas.Dengan das Es, individu diarahkan pada kenyataan. Adapun proses yang ada pada das Ich adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya tersebut das Ich memformulasikan rencana bagi bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak. Dengan demikian, das Ich bagi individu bukan hanya bertindak sebagai penunjuk kepada kenyataan, tetapi juga berperan sebagai penguji kenyataan atau reality tester dan dalam memainkan peranannya, das Ich melibatkan fungsi psikologis yang tinggi yaitu fungsi intelektual (Koeswara, 1991 : 34).
3) Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau the Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative.Menurut Freud das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu. Aspek kkepribadian ini memiliki fungsi :
a) sebagai pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapoat diterima masyarakat;.
b) mengarahkan das Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral;
c) mendorong individu kepada kesempurnaan.
Dalam menjalankan tugasnya das Ueber Ich dilengkapi de-ngan conscientia atau nurani dan ego ideal.Freud menyatakan bahwa conscentia berkembang melalui internalisasi dari peri-ngatan dan hukuman, sedangkan ego ideal berasal dari pujian dan contoh-contoh positif yang diberikan kepada anak-anak.
b.   Dinamika Kepribadian
1)   Distribusi enerji
Dinamika kepribadian,  menurut Freud bagaimana energi psikis di-distri-busikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa enerji yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa enerji manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, enerji untuk aktivitas fisik disebut enerji fisik, dan enerji yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut enerji psikis.
Freud menyatkan bahwa pada mulanya yang memiliki enerji hanyalah das Es saja.Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber Ich.
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mecha-nism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991 : 46).
Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai (Koeswara, 1991 : 46-48).
1) Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk mere-dakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidak sadaran.
2) Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat.
3) Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
4)   Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menim-bulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
5)   Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutar-balikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua : sour grape technique dan sweet orange technique.
6) Pembentukan reaksi,  adalah upaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.
7) Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
B.     Perkembangan Kepribadian
1)   Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
Perkembangan  kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia.
Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.
2)   Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 1982 : 172-173).
1)  Fase oral (oral stage ): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
2)   Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3)   Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun.
Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4)   Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5)   Fase genital (genital stage) :  terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi
3. Instink atau Naluri
Freud menyatakan bahwa manusia merupakan kompleks sistem energi, yang yang diperolehnya dari makanan dan dipergunakan untuk bermacam-macam hal.  Bagi Freud, energi yang ada dalam diri manusia dapat berupa energi psikis maupun energi fisik. Kedua energi tersebut dapat saling dipindahkan, dari energi psikis ke energi fisik dan sebailknya (Sumadi Suryabrata, 2000 : 149). Faktor yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah das es dengan naluri-nalurinya.Konsep-konsep Freud tentang naluri atau instink adalah sebagai berikut.
Freud sangat tertarik dengan mimpi dan berusaha menjelaskannya dalam kerangka teori psikoanalisis.Bahkan analisis mimpi dijadikan metoda penelitian dalam psikoanalisis. Freud tertarik dengan mimpi karena sejumlah alasan  berikut ini (Berry, 2001 : 33).
1) Mimpi terjadi di tengah tidur, ketika pikiran sadar melepaskan cengkeramannya dan membuatnya tanpa kekangan. Freud meman-dang mimpi sebagai manisfestasi alam tak sadar. Oleh karena itu ia menyebut mimpi sebagai via regia (jalan besar) untuk menuju alam bawah sadar.
2) Bahwa orang tak dapat dipaksa untuk mengerti tentang apa yang sedang berlangsung dalam alam ketidaksadarannya dan hanya dengan analisis mimpi dan asosiasi bebas alam tak sadar yang berhubungan dengan neurotil benar-benar dapat dimengerti.
3) Menurut Freud, mimpi seringkali berhubungan dengan masalah-masalah seksual yang berasal dari masa kanak-kanak. Masalah tersebut menurut Freud hanya bisa diselesaikan analisis mimpi dan asosiasi bebas.
4) Freud memandang semua mimpi sebagai ekspresi dari pemenuhan harapan.
a.   Mekanisme mimpi
Freud menyatakan bahwa setiap mimpi memiliki isi manifest dab laten. Manifes merupakan aspek dari suatu mimpi yang secara sadar teringat, sedangkan laten adalah aspek dari mimpi yang tidak dimengerti secara sadar sebelum dilakukan analisis. Mekanisme munculnya mimpi dengan  dua aspek tersebut mekanismenya menurut Freud sebagai berikut (Berry, 2001 : 36).
b.   Metoda penafsiran mimpi
Freud menolak pandangan yang menyatakan bahwa mimpi sebagai hasil yang tidak bermakna dari proses yang dialami tubuh pada saat tidur. Ia beranggapan bahwa setiap mimpi memiliki arti.  Untuk menyingkap arti mimpi, Freud menggunakan dua metoda, yaitu metoda simbolik dan metoda sandi (Berry, 2001: 39).
1)   Metoda simbolik
Metoda simbolik adalah metoda penafsiran mimpi melalui pen-carian makna dari symbol-simbol yang muncul dalam mimpi (manifestasi impian).
2)   Metoda sandi (decoding)
Dalam metoda sandi Freud berusaha menggunakan “kunci” yang tepat.Freud memberi catatan bahwa metoda sandi bukan metoda ilmiah karena “kunci” aslinya bisa saja salah.
Dalam bukunya yang diberi judul The Interpretation of Dream, Freud menganalisis mimpinya sendiri, karena ia merasa bahwa kliannya yang menderita neurosis mungkin saja mempunyai mimpi yang tidak mewakili “normanya”  selain itu, untuk menganalisis mimpi klien berarti meng-ekspos hal-hal yang bersifat rahasia dari pasien. Berkenaan dengan penafsiran mimpi, Freud telah memberikan saran-saran yang bermanfaat sebagai berikut (Berry, 2001: 40).
1) Menafsirkan mimpi merupakan suatu kerja keras yang membu-tuhkan ketekunan.
2) Setelah analisis terhadap suatu mimpi selesai dilakukan hendaknya hasilnya diendapkan terlebih dahulu. Wawasan yang segar bisa saja muncul belakangan.
3) Mimpi seringkali terjadi dalam kelompok-kelompok yang memiliki tema yang serupa. Suatu wawasan yang muncul dalam sebuah mimpi mungkin dapat mengungkap keseluruhan rangkaian mimpinya.
4) Sesuatu yang tampaknya dangkal atau remeh di dalam suatu mimpi mungkin sebenarnya merupakan suatu wawasan mendalam yang tersembunyi.
5) Penting bagi analis untuk memberikan perhatian terhadap semua komentar klien betapapun kelihatannya remeh.
5.   Kecemasan
Manusia merupakan organisme yang tentu saja tidak bisa lepas dari lingkungan.Dari lingkungan, individu dapat memenuhi berbagai kebu-tuhannya.Dan dari lingkungan pula individu dapat mengalami kecemasan (anxiety).
a.   Macam-macam kecemasan
Freud membedakan kecemacam menjadi tiga macam, yaitu kece-masan realistis, kecemasan neurotis, dan kecemasan moral (Surya-brata,   Koeswara, 1991 : 45).
1)   Kecemasan  realistis
Kecemasan realistis adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang ada di lingkungannya, misalnya binatang buas, orang jahat, dst.
2)   Kecemasan neurotis
Kecemasan neurotis adalah kecemasan yang timbul karena tidak terkendalinya dorongan-dorongan primitive (das Es) oleh das Ich yang nantinya bisa mendatangkan hukuman.
3)   Kecemasan moral
Kecemasan moral merupakan kecemasan yang terjadi akibat tekanan das Ueber Ich pada das Ich. Tekanan terbut muncul karena individu telah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip moral.
b.   Fungsi kecemasan
Freud menyatakan bahwa kecemasan tidak selalu berarti negatif tetapi dapat berfungsi positif,  yaitu sebagai peringatan akan dating-nya bahaya atau sesuatu yang tak diharapkan. Dengan adanya peringatan tersebut maka akan muncul tindakan-tindakan tertentu untuk mengatasinya.
c.   Dampak negatif kecemasan
Kecemasan atau ketakutan yang tidak dapat dikuasai dengan tindakan-tindakan yang efektif disebut ketakutan traumatis (Suryabrata, 2000 : 162). Ketakutan yang demikian itu, menurut Freud, akan membawa individu yang bersangkutan kepada ketidak berdayaan yang infantile. Sebenarnya, demikian menurut Freud (Suryabrata, 2000: 162), prototipe dari semua ketakutan manusia adalah trauma kelahiran.Bayi yang baru lahir, kata Freud, sudah dihadapkan dengan berbagai stimuli-stimuli yang yang sangat berat bagi dirinya.
6.   Mourning dan Melancholia
Konsepsi Freud tentang mourning (keberkabungan) dan melancholia (depresi berat) dikemukakan dalam tulisan yang berjudul Mourning  and Melancholia (1915).  Freud menyatakan bahwa mourning dan melancholia sering dialami oleh orang yang bercerai atau pasangannya meninggal dunia.Adapun manisfestasi dari kedua gejala tersebut adalah sebagai berikut (Berry, 2001: 84-85).
a.   Individu yang bersangkutan mengutuk diri sendiri untuk apa yang telah terjadi, dan iapun berusaha menghancurkan diri sendiri, atau bahkan bunuh diri.
b.   Individu yang bersangkutan menarik diri dari dunia luar, seperti halnya dalam nacissisme, tetapi kali ini dirinya dilihatnya begitru buruk, tak berharga, kotor, dan sebagainya.
c.   Keberkabungan (mourning) yang parah dapat menyembunyikan rasa benci yang direpresi terhadap pasangannya yang “hilang” tersebut. Orang yang telah tidak ada tersebut diidentifikasikan dengan ego penderita, sehingga kebencian berubah menjadi kebencian terhadap diri sendiri.Freud menyebut gejala ini sebagai introyeksi.
d.   Penderita mungkin kembali ke dalam keadaan kanak-kanak, dengan ditandai oleh dominannya gigitan, buang air, dst.
7.   Psikopatologi
Freud memandang psikopatologi sebagai masalah dalam perkembangan, yaitu terganggunya kepribadian individu pada saat melewati tahap-tahap psikoseksual. Bagi Freud, perkembangan kepribadian sebagai sesuatu yang komulatif, sehingga gangguan pada masa awal perkembangan akan menjadi peristiwa traumatik yang berpengaruh sampai individu dewasa. Psikopatologi menurut psikoanalisis ada beberapa jenis yaitu : histeria, fobia, obsesi- kompulsi, depresi, dan ketagihan obat (Alwisol, 2005 : 45).
a.   Histeria
Histeria merupakan gangguan fisik, misalnya lumpuh, tuli, buta, dst. Yang penyebabnya bukan factor jasmaniah tetapi factor kejiwaan. Menurut Freud hysteria merupakan transformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik.
b.   Fobia
Fobia adalah ketakutan yang tidak realistis.Freud memandang gangguan ini sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa berupa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual maupun kecemasan akibat peristiwa traumatis.
c.   Obsesi-kompulsi
Obsesi adalah ide tertentu yang selalu melekast pada diri seseorang sedangkan kompulasi adalah dorongan (bersifat paksaan dari dalam) untuk melakukan tindakan tertentu, yang sebenarnya tidak perlu, secara berulang-ulang .
d.   Depresi
Depresi merupakan gangguan jiwa dengan gejala-gejala perasaan tidak mampu, tidak berguna dan berharga. Menurut Freud, depresi berakar pada kehilangan cinta berkenaan dengan oedipus complex, sehingga dia marah pada diri sendiri
e.   Ketergantungan pada alcohol dan obat-obatan
Menurut Freud ketergantungan seseorang pada alkohol maupun obat-obatan dilator belakangi oleh instink kematian (thanatos) yang ada pada orang yang bersangkutan.
C.    Psikoanalisis sebagai Teknik Terapi
Telah dikekemukakan di bagian depan bahwa teori psikoanalisis (psikoanalisis sebagai aliran) psikologi dibangun berdasarkan data-data yang diperoleh Freud dari praktik kedokteran, khususnya dalam penanganan histeria. Meskipun Freud menyatakan bahwa apa yang ia lakukan tujuan utamanya untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang perilaku manusia, dan bukan untuk mendapatkan cara yang paling tepat dalam penanganan gangguan jiwa, tetapi tetapi diakui bahwa psikoanalisis juga merupakan teknik terapi. Teknik terapi yang dikembangkan Freud berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para pendahulunya. Dan ternyata apa yang ia lakukan mendapatkan pengakuan dari kalangan yang terkait bahkan menjadi dasar dalam psikoterapi modern.
1.   Tujuan psikoterapi
Psikoterapi dilakukan Freud bukan semata-mata untuk menghilangkan sindrom yang tidak dikehendaki, tetapi yang terutama ditujukan untuk memperkuat ego (das Ich) sehingga mampu mengendalikan dorongan-dorongan dari das Es dan memperbesar kemampuan individu untuk berkarya.Dalam psikoterapi klien dilatih bagaimana dorongan-dorongan agresif dan seksual, bagaimana mengarahkan keinginan dan bukan diarahkan oleh keinginan.
2.  Ciri-ciri Teknik Terapi Freud
Terapi Freud lebih berpengaruh bila dibandingkan teknik terapi yang dikembangkan oleh ahli lainnya. Teknik terapi Freud memiliki karakteristik tertentu yaitu (Boeree, 2005 : 354-355, Alwisol, 2005: 46).
a.   Dilaksanakan dalam suasana santai
Terapi dilakukan Freud dalam suasana santai. Suasana seperti itu diciptakan Freud melalui penataan ruang, warna dinding, penca-hayaan, dst  yang dibuat sedemikian rupa sehingga pasien betul-betul merasa nyaman dan betah berada di ruang tersebut.  Dengan suasana santai Freud berharap konflik-konflik yang telah ada di alam tidak sadar akan mudah muncul kea lam sadar.
b.   Klien diberi kebebasan
Dalam terapi Freud, klien dibebaskan untuk bicara apa saja, termasuk menangis, menjerit, mengumpat, dst   Jika klien mengalami bloking atau kebuntuan Freud berusaha membantu sehingga terjadilah asosiasi antara apa yang ada dalam alam tak sadar dengan apa yang berikan oleh terapis.
c.   Waktu pelaksanaan
Pertemuan terapeutik, pertemuan antara klien dan terapis dalam psikoterapi, biasanya dilakukan 4 atau 5 kali seminggu(1 sampai 2 jam pertemuan), selama 2 sampai 3 tahun.
3. Teknik-teknik  yang Dipakai Freud dalam Terapi
Ada beberapa teknik yang dipakai Fredu dalam psikoterapinya, yaitu asosiasi bebas, analisis mimpi, parapraxies atau Freudian slips, interpretasi, alasisis tesisten, tranferensi dan pengulangan (Alwisol, 2005:46).Berikut penjelasan singkat untuk teknik-teknik tersebut.
a. Asosiasi bebas
Dalam asosiasi bebas klien dipersilakan mewngemukakan apa saja yang terlintas dalam isi jiwanya, tidak peduli apakah hal itu remeh, memalukan, tidak logis, ataupun kabur. Dari ungkapan kesadaran tanpa sensor ini terapis memahami masalah kliennya. Asosiasi bebas dikembangkan Freud dan diterapkan dalam psikoterapi berdasarkan tiga asumsi (Alwisol, 2005 : 46 – 47), yaitu :
1) apa saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang sekarang, mempunyai makna dan berhubungan dengan perkataan dan perbuatannya dimasa lalu;
2) materi yang ada dalam ketidak sadaran berpengaruh penting terhadap tingkah laku;
3) materi yang ada dalam ketidak sadaran dapat dibawa ke kesadaran dengan mendorong ekspresi bebas setiap kali hal itu muncul ke dalam pikiran.
Menurut Freud, meskipun klien menghalangi topic tertentu dan berusaha menyembunyikannya, suatu saat terbentuk rantai aso-siasi yang membuat terapis dapat memahami konflik yang telah terjadi pada klien.
b. Analisis mimpi
Ketika seseorang tidur control kesadaran terhadap ketidak sadaran menjadi lemah sehingga ketidak sadaran berusaha muncul keeper-mukaan dalam bentuk mimpi. Dengan memahami makna mimpi berarti dapat dipahami pula aspek-aspek ketidak sadaran yang berhu-bungan dengan konflik yang terjadi.
c. Freudian slips
Freudian slips atau parapraxes adalah gejala salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan objek, dan tiba-tiba lupa. Bagi Freud gejala-gejala tersebut bukan bersifat kebetulan, tetapi berhubungan erat dengan ketidak sadaran. Dengan menganalisis ge-jala-gejala tersebut akan terungkap gambaran mental yang ada diba-liknya.
d. Interpretasi
Dalam interpretasi terapis mengenalkan kepada klien makna yang tidak disadari dari pikiran perasaan, dan keingingannya.
e. Analisis resistensi
Resistensi adalah mekanisme pertahanan dari klein untuk tidak mengungkapkan topik tertentu kerana alasan tertentu pula. Oleh karena itu dengan menganalisis apa yang ingin disembunyikan klien akan dapat diperoleh informasi yang sangat penting berkenaan dengan masalah yang pernah dialami klien.
f. Tranferensi
Transferensi adalah pengungkapan isi ketidak sadaran yang ter-simpan sejak masa kanak-kanak dengan memakai terapis senagai medianya.
g. Pengulangan
Pengulangan atau working through berupa tindakan menginter-pretasi dan mengidentifikasi masalah klien, mengulang resistensi dan transferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.Tindakan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai terapis menemukan akar permasalah yang menyebabkan klien mengalami gangguan.

REFERENSI
Berry, Ruth. (2001)  Freud : Seri Siapa Dia. (Alih Bahasa : Frans Kowa). Jakarta: Erlangga.
Boeree, C.G. (2005) Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern (Alih Koeswara, E. (1991)  Teori-teori Kepribadian. Bandung : PT Eresco.
Masrun. (1977) Aliran-aliran Psikologi.Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.